TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
A.
Sejarah
Perkembangan Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme merupakan
transisi dari psikologi sebelumnya (psikologi struktualisme dan fungsionalisme).
Psikologi behaviorisme memaknai belajar sebagai studi tentang perilaku dan
system ini mendapatkan dukungan kuat dalam perkembangannya pada abad ke-20 di
Amerika Serikat. Psikolog behaviorisme dikembangkan J.B Watson (1878-1958),
pemikirannya terhadap tingkah laku manusia cenderung kepada hal yang tampakdari
pada berdasarkan kesadaran dan proses mental.
B.
Belajar
Menurut Tokoh Behaviorisme
Behaviorisme adalah
aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku dan perilaku manusia sebagai
reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan sekitar. Pengertian belajar
menurut behaviorisme berpengaruh pada arah pengembangan teori dan praktek
pendidikan dan pembelajaran.
Prinsip-prinsip
pembelajaran behaviorisme :
1. Reinforcement
and funishment, yaitu reinforcement adalah tindakan penguatan untuk
meningkatkan frekuensi perilaku, sedangkan funishment atau hukuman adalah
tindakan penguatan yang dirancang untuk memperlemah prilaku.
2. Primary
and Secondary Reinforcement, yaitu penguatan primer adalah bentuk penguatan
yang diberikan dalam wujud pemuasan kebutuhan dasar manusia. Tindakan penguatan
sekunder ialah penguatan memperoleh nilainya kalau dikaitkan dengan tindakan
penguatan primer atau tindakan sekunder lain yang sudah terbentuk dengan baik.
3. Prinsip
Premarck, yaitu salah satu prinsip prilaku yang digunakan untuk meningkatkan
kegiatan yang kurang diinginkan, dengan menghubungkannya pada kegiatan yang
lebih menyenangkan.
4. Operant
Conditioning, yaitu lingkungan yang dapat memberikan efek kepada orang yang
berada disekitarnya.
C.
Tokoh-tokoh
Behaviorisme
1. Thorndike
(Kaidah Efek) 1874-949, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan atau hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indera,
sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar.
2. Watson
(Conditioning) 1878-1958, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang observable.
3. Clark
Hull, belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Bedanya dengan tokoh
behaviorisme lain adalah stimulus diartikan dengan kebutuhan dan pemuasan
kebutuhan biologis (drive reduction) walauoun respon yang muncul berwujud
macam-macam.
4. Skinner
(Operant Conditioning), belajar adalah tingkah laku yang bukan sekedar respon
terhadap stimulus tetapi merupakan suatu tindakan yang dipengaruhi oleh apa
yang terjadi sesudahnya.
5. Ivan
Pavlov (Conditioning) 1849-1936, belajar adalah pengkondisian klasik antara
stimulus dan respon.
6. E.R
Guthrie (Low Of Association) 1886-1959, belajar adalah interaksi antara
stimulus dan respon. Dalam proses belajar diperlukan reward dan adanya hukuman
atas ketidak mampuan siswa.
D.
Struktur
Manusia Menurut Teori Belajar Behaviorisme
Ajaran islam menyatakan
bahwa perkembangan manusia terdiri dari struktur eksternal dan internal.
Struktur eksternal terdiri dari panca indera atau hal-hal yang dapat dilihat
oleh mata. Struktur internal terdiri dari ruh, nafs, kalbu, akal dan nafsu. Diketahui
teori belajar behaviorisme lebih cenderung menilai out put belajar hanya pada
aspek jasmani oleh karena itu teori belajar behaviorisme masih memiliki
kekurangan. Dalam perkembangan sekarang ini struktur kejiwaan disebut pula
struktur kepribadian. Struktur kepribadian menurut Sigmud Freud terdiri dari
id, ego dan super ego. Id merupakan aspek biologis kepribadian. Ego merupakan
aspek psikogis kepribadian. Super ego merupakan aspek sosiologis kepribadian.
Pandangan tentang struktur kejiwaan manusia ini memberikan sesuatu pernyataan
bahwa proses pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan (guru dan
alat-alat pembelajaran lainnya) akan tetapi dipengaruhi pula oleh kemampuan dan
bakat anak didik serta kehendak Allah SWT.
E.
Implikasi
Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Konsep belajar secara
umum dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu paham nativisme memandang belajar
adalah aktivitas berupa melatih daya ingat (otak) agar menjadi tajam sehingga
mampu memecahkan persoalan hidup. Paham
empirisme memandang belajar sebagai aktivitas menambah informasi dan pengayaan
bentuk pola-pola respon baru yang mengarah pada perubahan tingkah laku siswa.
Paham convergensi memandang belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dan
pribadi siswa secara keseluruhan. Bedasarkan pada ketiga aliran ini maka
behaviorisme cenderung kepada aliran empirisme, yakni lingkungan merupakan
faktor utama untuk yang mempengaruhi perkembangan siswa hingga menjadi manusia
dewasa. John Lock berkesimpulan, bahwa setiap individu yang dilahirkan sebagai
kertas putih, dan lingkungan yang menulis kertas putih. Berdasarkan pada teori
belajar dan empirisme maka implikasi proses pembelajarannya adalah (teacher
oriented) yakni hanya dikuasai oleh guru, sedangkan siswa hanya sebagai objek
pembelajaran dan meredam potensi kecerdasan alami siswa yang telah dibawa sejak
dialam ruh, rahim, dan dunia. Oleh karena itu teori belajar behaviorisme jika
dihubungkan dengan salah satu tujuan pendidikan yakni mengembangkan
potensi-potensi yang telah dimiliki oleh anak didik dari sejak lahir. Potensi
tersebut adalah rasa ingin tahu, bakat, minat, kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
F.
Aplikasi
Teori Behaviorisme Terhadap Proses Pembelajaran
Teori belajar
behaviorisme banyak digunakan dalam proses pembelajaran sebab memiliki beberapa
keunggulan diantaranya : (1) membantu guru memahami proses belajar yang terjadi
dalam diri siswa, (2) mengerti kondisi dan faktor yang dapat mempengaruhi,
memperlancar atau menghambat proses belajar, (3) memudahkan melakukan proses
evaluasi terhadap hasil belajar. Hal-hal yang dituntut terhadap guru, jika
menggunakan teori belajar behaviorisme adalah : guru harus memahami
karakterteristik siswa dan lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan siswa
selama kegiatan belajar dapat diketahui, merumuskan tujuan belajar secara jelas
dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur. Hal-hal yang harus dimiliki anak
dalam proses belajar behaviorisme : anak dapat mengerti dan memahami orang
lain, anak mampu mengungkapkan keinginannya, anak dapat memahami dan melakukan
apa yang diperintahkan atau yang diajarkan pada guru.
Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M. Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar