Selasa, 09 Juni 2015

Teori Belajar Behaviorisme



TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

A.    Sejarah Perkembangan Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme merupakan transisi dari psikologi sebelumnya (psikologi struktualisme dan fungsionalisme). Psikologi behaviorisme memaknai belajar sebagai studi tentang perilaku dan system ini mendapatkan dukungan kuat dalam perkembangannya pada abad ke-20 di Amerika Serikat. Psikolog behaviorisme dikembangkan J.B Watson (1878-1958), pemikirannya terhadap tingkah laku manusia cenderung kepada hal yang tampakdari pada berdasarkan kesadaran dan proses mental.
B.     Belajar Menurut Tokoh Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku dan perilaku manusia sebagai reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan sekitar. Pengertian belajar menurut behaviorisme berpengaruh pada arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran behaviorisme :
1.      Reinforcement and funishment, yaitu reinforcement adalah tindakan penguatan untuk meningkatkan frekuensi perilaku, sedangkan funishment atau hukuman adalah tindakan penguatan yang dirancang untuk memperlemah prilaku.
2.      Primary and Secondary Reinforcement, yaitu penguatan primer adalah bentuk penguatan yang diberikan dalam wujud pemuasan kebutuhan dasar manusia. Tindakan penguatan sekunder ialah penguatan memperoleh nilainya kalau dikaitkan dengan tindakan penguatan primer atau tindakan sekunder lain yang sudah terbentuk dengan baik.
3.      Prinsip Premarck, yaitu salah satu prinsip prilaku yang digunakan untuk meningkatkan kegiatan yang kurang diinginkan, dengan menghubungkannya pada kegiatan yang lebih menyenangkan.
4.      Operant Conditioning, yaitu lingkungan yang dapat memberikan efek kepada orang yang berada disekitarnya.
C.    Tokoh-tokoh Behaviorisme
1.      Thorndike (Kaidah Efek) 1874-949, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indera, sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar.
2.      Watson (Conditioning) 1878-1958, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang observable.
3.      Clark Hull, belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Bedanya dengan tokoh behaviorisme lain adalah stimulus diartikan dengan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) walauoun respon yang muncul berwujud macam-macam.
4.      Skinner (Operant Conditioning), belajar adalah tingkah laku yang bukan sekedar respon terhadap stimulus tetapi merupakan suatu tindakan yang dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. 
5.      Ivan Pavlov (Conditioning) 1849-1936, belajar adalah pengkondisian klasik antara stimulus dan respon.
6.      E.R Guthrie (Low Of Association) 1886-1959, belajar adalah interaksi antara stimulus dan respon. Dalam proses belajar diperlukan reward dan adanya hukuman atas ketidak mampuan siswa.
D.    Struktur Manusia Menurut Teori Belajar Behaviorisme
Ajaran islam menyatakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari struktur eksternal dan internal. Struktur eksternal terdiri dari panca indera atau hal-hal yang dapat dilihat oleh mata. Struktur internal terdiri dari ruh, nafs, kalbu, akal dan nafsu. Diketahui teori belajar behaviorisme lebih cenderung menilai out put belajar hanya pada aspek jasmani oleh karena itu teori belajar behaviorisme masih memiliki kekurangan. Dalam perkembangan sekarang ini struktur kejiwaan disebut pula struktur kepribadian. Struktur kepribadian menurut Sigmud Freud terdiri dari id, ego dan super ego. Id merupakan aspek biologis kepribadian. Ego merupakan aspek psikogis kepribadian. Super ego merupakan aspek sosiologis kepribadian. Pandangan tentang struktur kejiwaan manusia ini memberikan sesuatu pernyataan bahwa proses pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan (guru dan alat-alat pembelajaran lainnya) akan tetapi dipengaruhi pula oleh kemampuan dan bakat anak didik serta kehendak Allah SWT.
E.     Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Konsep belajar secara umum dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu paham nativisme memandang belajar adalah aktivitas berupa melatih daya ingat (otak) agar menjadi tajam sehingga mampu memecahkan persoalan hidup.  Paham empirisme memandang belajar sebagai aktivitas menambah informasi dan pengayaan bentuk pola-pola respon baru yang mengarah pada perubahan tingkah laku siswa. Paham convergensi memandang belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dan pribadi siswa secara keseluruhan. Bedasarkan pada ketiga aliran ini maka behaviorisme cenderung kepada aliran empirisme, yakni lingkungan merupakan faktor utama untuk yang mempengaruhi perkembangan siswa hingga menjadi manusia dewasa. John Lock berkesimpulan, bahwa setiap individu yang dilahirkan sebagai kertas putih, dan lingkungan yang menulis kertas putih. Berdasarkan pada teori belajar dan empirisme maka implikasi proses pembelajarannya adalah (teacher oriented) yakni hanya dikuasai oleh guru, sedangkan siswa hanya sebagai objek pembelajaran dan meredam potensi kecerdasan alami siswa yang telah dibawa sejak dialam ruh, rahim, dan dunia. Oleh karena itu teori belajar behaviorisme jika dihubungkan dengan salah satu tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi-potensi yang telah dimiliki oleh anak didik dari sejak lahir. Potensi tersebut adalah rasa ingin tahu, bakat, minat, kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
F.     Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Proses Pembelajaran
Teori belajar behaviorisme banyak digunakan dalam proses pembelajaran sebab memiliki beberapa keunggulan diantaranya : (1) membantu guru memahami proses belajar yang terjadi dalam diri siswa, (2) mengerti kondisi dan faktor yang dapat mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar, (3) memudahkan melakukan proses evaluasi terhadap hasil belajar. Hal-hal yang dituntut terhadap guru, jika menggunakan teori belajar behaviorisme adalah : guru harus memahami karakterteristik siswa dan lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan siswa selama kegiatan belajar dapat diketahui, merumuskan tujuan belajar secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur. Hal-hal yang harus dimiliki anak dalam proses belajar behaviorisme : anak dapat mengerti dan memahami orang lain, anak mampu mengungkapkan keinginannya, anak dapat memahami dan melakukan apa yang diperintahkan atau yang diajarkan pada guru.


Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M. Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar