Ciri-ciri
Sekolah yang Melaksanakan Pembelajaran Aktif
Pembelajaran Aktif merupakan sebuah konsep pembelajaran yang dipandang sesuai dengan tuntutan pembelajaran mutakhir. Oleh karena itu, setiap sekolah seyogyanya dapat mengimplementasikan dan mengembangkan pembelajaran aktif ini dengan sebaik mungkin. Disajikan sejumlah indikator atau ciri-ciri sekolah yang telah melaksanakan proses pembelajaran aktif ditinjau dari aspek: (a) ekspektasi sekolah, kreativitas, dan inovasi; (b) sumber daya manusia; (c) lingkungan, fasilitas, dan sumber belajar; dan (d) proses belajar-mengajar dan penilaian.
A.
Ekspektasi
Sekolah, Kreativitas, dan Inovasi
Prestasi belajar peserta didik lebih
ditekankan pada ”menghasilkan” daripada ”memahami”. Sekolah menyelenggarakan
ajang ‘kompetisi’ yang mendidik dan sehat.
Sekolah ramah lingkungan (misalnya; ada tanaman atau pohon, po bunga, tempat sampah). Lebih baik lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis/kapital untuk dijual. Lebih baik jika ada pameran karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya sekali dalam satu tahun. Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam atribut sekolah. Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang. Sekolah rapi, bersih, dan teratur. Komunitas sekolah santun, disiplin, dan ramah. Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.
Sekolah menerapkan seleksi khusus untuk menerima peserta didik baru. Ada forum penyaluran keluhan peserta didik. Iklim sekolah lebih demokratis.
Diselenggarakan lomba-lomba antarkelas secara berkala dan di tingkat pendidikan menengah ada lomba karya ilmiah peserta didik. Ada program kunjungan ke sumber belajar di masyarakat. Kegiatan belajar pada silabus dan RPP menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif. Peserta didik mengetahui dan dapat menjelaskan tentang lingkungan sekolah (misalnya, nama guru, nama kepala sekolah, dan hal-hal umum di sekolah itu). Ada program pelatihan internal guru (inhouse training) secara rutin.
Ada forum diskusi atau musyawarah antara kepala sekolah dan guru maupun tenaga kependidikan lainnya secara rutin. Ada program tukar pendapat, diskusi atau musyawarah dengan mitra dari berbagai pihak yang terkait (stakeholders).
Sekolah ramah lingkungan (misalnya; ada tanaman atau pohon, po bunga, tempat sampah). Lebih baik lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis/kapital untuk dijual. Lebih baik jika ada pameran karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya sekali dalam satu tahun. Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam atribut sekolah. Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang. Sekolah rapi, bersih, dan teratur. Komunitas sekolah santun, disiplin, dan ramah. Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.
Sekolah menerapkan seleksi khusus untuk menerima peserta didik baru. Ada forum penyaluran keluhan peserta didik. Iklim sekolah lebih demokratis.
Diselenggarakan lomba-lomba antarkelas secara berkala dan di tingkat pendidikan menengah ada lomba karya ilmiah peserta didik. Ada program kunjungan ke sumber belajar di masyarakat. Kegiatan belajar pada silabus dan RPP menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif. Peserta didik mengetahui dan dapat menjelaskan tentang lingkungan sekolah (misalnya, nama guru, nama kepala sekolah, dan hal-hal umum di sekolah itu). Ada program pelatihan internal guru (inhouse training) secara rutin.
Ada forum diskusi atau musyawarah antara kepala sekolah dan guru maupun tenaga kependidikan lainnya secara rutin. Ada program tukar pendapat, diskusi atau musyawarah dengan mitra dari berbagai pihak yang terkait (stakeholders).
B. Sumber Daya Manusia
Kepala sekolah peduli dan
menyediakan waktu untuk menerima keluhan dan saran dari peserta didik maupun
guru. Kepala sekolah terbuka dalam manajemen, terutama manajemen
keuangan
kepada guru dan orang tua/komite
sekolah. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar. Guru mengenal
baik nama-nama peserta didik. Guru terbuka kepada peserta didik dalam hal
penilaian. Sikap guru ramah dan murah senyum kepada peserta didik, dan tidak
ada kekerasan fisik dan verbal kepada peserta didik. Guru selalu berusaha
mencari gagasan baru dalam mengelola kelas dan mengembangkan kegiatan belajar.
Guru menunjukkan sikap kasih sayang kepada peserta didik. Peserta didik banyak
melakukan observasi di lingkungan sekitar dan terkadang belajar di luar kelas.
Peserta didik berani bertanya kepada guru. Peserta didik berani dalam
mengemukakan pendapat. Peserta didik tidak takut berkomunikasi dengan guru.
Para peserta didik bekerja sama tanpa memandang perbedaan suku, ras, golongan,
dan agama. Peserta didik tidak takut kepada kepala sekolah. Peserta didik
senang membaca di perpustakaan dan ada perilaku cenderung berebut ingin membaca
buku bila datang mobil perpustakaan keliling. Potensi peserta didik lebih
tergali serta minat dan bakat peserta didik lebih mudah terdeteksi. Ekspresi
peserta didik tampak senang dalam proses belajar. Peserta didik sering
mengemukakan gagasan dalam proses belajar. Perhatian peserta didik tidak mudah
teralihkan kepada orang/tamu yang datang ke sekolah.
C.
Lingkungan,
Fasilitas, dan Sumber Belajar
Sumber belajar di lingkungan sekolah
dimanfaatkan peserta didik untuk belajar.
Terdapat majalah dinding yang dikelola peserta didik yang secara berkala diganti dengan karya peserta didik yang baru. Di ruang kepala sekolah dan guru terdapat pajangan hasil karya peserta didik. Tidak ada alat peraga praktik yang ditumpuk di ruang kepala sekolah atau ruang lainnya hingga berdebu. Buku-buku tidak ditumpuk di ruang kepala sekolah atau di ruang lain. Frekuensi kunjungan peserta didik ke ruang perpustakaan sekolah untuk membaca/meminjam buku cukup tinggi. Di setiap kelas ada pajangan hasil karya peserta didik yang baru. Ada sarana belajar yang bervariasi. Digunakan beragam sumber belajar.
D.
Proses
Belajar-Mengajar dan Penilaian
Terdapat majalah dinding yang dikelola peserta didik yang secara berkala diganti dengan karya peserta didik yang baru. Di ruang kepala sekolah dan guru terdapat pajangan hasil karya peserta didik. Tidak ada alat peraga praktik yang ditumpuk di ruang kepala sekolah atau ruang lainnya hingga berdebu. Buku-buku tidak ditumpuk di ruang kepala sekolah atau di ruang lain. Frekuensi kunjungan peserta didik ke ruang perpustakaan sekolah untuk membaca/meminjam buku cukup tinggi. Di setiap kelas ada pajangan hasil karya peserta didik yang baru. Ada sarana belajar yang bervariasi. Digunakan beragam sumber belajar.
Pada taraf tertentu diterapkan
pendekatan integrasi dalam kegiatan belajar antarmata pelajaran yang relevan.
Tampak ada kerja sama antarguru untuk kepentingan proses belajar mengajar.
Dalam menilai kemajuan hasil belajar guru menggunakan beragam cara sesuai dengan
indikator kompetensi. Bila tuntutan indikator melakukan suatu unjuk kerja, yang
dinilai adalah unjuk kerja. Bila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman
konsep, yang digunakan adalah alat penilaian tertulis. Bila tuntutan indikator
memuat unsur penyelidikan, tugas (proyek) itulah yang dinilai. Bila tuntutan
indikator menghasilkan suatu produk 3 dimensi, baik proses pembuatan maupun
kualitas, yang dinilai adalah proses pembuatan atau pun produk yang dihasilkan.
Tidak ada ulangan umum bersama, baik pada tataran sekolah maupun wilayah, pada
tengah semester dan / atau akhir semester, karena guru bersangkutan telah
mengenali kondisi peserta didik melalui diagnosis dan telah melakukan perbaikan
atau pengayaan berdasarkan hasil diagnosis kondisi peserta didik. Model rapor
memberi ruang untuk mengungkapkan secara deskriptif kompetensi yang sudah
dikuasai peserta didik dan yang belum, sehingga dapat diketahui apa yang
dibutuhkan peserta didik. Guru melakukan penilaian ketika proses
belajar-mengajar berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menemukan kesulitan
belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan
sekaligus sebagai alat diagnosis untuk menentukan apakah peserta didik perlu
melakukan perbaikan atau pengayaan. Menggunakan penilaian acuan kriteria, di
mana pencapaian kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kemampuan
peserta didik yang lain, melainkan dibandingkan dengan pencapaian kompetensi
dirinya sendiri, sebelum dan sesudah belajar. Penentuan kriteria ketuntasan belajar
diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk mengontrol pencapaian kompetensi
tertentu peserta didik. Dengan demikian, sedini mungkin guru dapat mengetahui
kelemahan dan keberhasilan peserta dalam kompetensi tertentu.
Mata
Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M. Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar