Rabu, 20 Mei 2015

Pendidikan Praktis


ILMU PENDIDIKAN PRAKTIS

1.      Paedagogi
A.    Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat di butuhkan oleh guru khususnya guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa. Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau mentransformasikan pengetahuan kepada para anak di sekolah, melainkan guru mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan hati nurani atau kata hati anak, sehingga ia (anak) akan sensitif terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat derajat manusia, dan menghargai ssesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup di masyarakat sehingga ia mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.

B.     Mendidik, Mengajar dan Melatih
Menurut Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
Menurut Usman (1994), mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.
Menurut Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahannya mencapai tujuan tertentu.
Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berpikir  abstrak logis, obyektif, kritis, sistematis analisis, sintesis, integrative, dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula mebantu proses belajar, seperti kemampuan berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut pembangunan seluruh kepribadian seseorang.

C.      Pentingnya Pendidikan
1.       Manusia Memerlukan Bantuan
            Tanpa usaha belajar dari pihak generasi muda dan usaha pendidikan dari pihak generasi dewasa, manusia tak dapat mempertahankan dan mengembnagkan kehidupannya, sehingga dapat mencapai tingkat yang lebih bermutu dan lebih mulia. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.

2.       Pendidikan Dalam Praktik
Antara individu yang satu dengan yang lain ada hubungan pengaruh mempengaruhi. Kita menemukan pada setiap manusia gejala suka meniru (imitasi) perbuatan manusia lain. Dalam observasi mengenai pergaulan antara manusia kita temukan ada gejala seperasaan; jika anak sakit ibu merasakan juga keadaan anak yang sakit, pada ibu timbul rasa kasih saying. Gejala yang berhubungan dengan perasaan individu yang satu dengan individu lain, disebut oleh Maks Scheler simpati, yang secara etimologis terdiri atas dua kata, yaitu “sing” sama atau “ bersama”, “pati” (dari yunani  “pathos” yang berarti perasaan, penderitaan). Proses identifikasi adalah semacam keinginan meniru segala tingkah laku orang tuanya, dan sering sekali berlangsung secara tidak sadar.

2.      Andragogi
A.    Pengertian Andragogi
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan. Apa itu pendidikan orang dewasa dan bagaimana dia berbeda dalam teori dan praktek dari persiapan pendidikan anak-anak dan pemuda. Pendidikan orang dewasa didefinisikan, digambarkan serta dipertimbangkan dalam hubungannya dengan profesi
pelayanan manusia yang lain.

B.     Pendidikan dan Sekolah
Sejauh ini pendidikan berperan dalam meyiapkan beberapa fungsi stereotip tertentu, situasi stabil, untuk keeksistensian, untuk perdagangan atau pekerjaan tertentu. Secara garis besar penddidikan dipandang sebagai usaha secara langsung, sistematis, dan mendukung untuk mentransfer, membangkitkan, atau mendapatkan pengetahuan, maka tingkah laku, nilai-nilai, keterampilan, dan hasil yang lainnya dari usaha tersebut,* karenanya jelaslah bahwa pendidikan orang dewasa dan anak-anak seperti yang terdapat sekarang ini dan di masa serta tempat manapun serta melalui banyak aktivitas.
Pendidikan orang dewasa tidak berkaitan dengan hal mempersiapkan orang dalam menjalani kehidupannya tetapi lebih membantu orang dewasa agar mereka sukses dalam menjalani kehidupannya, meningkatkan kompetensi mereka atau transisi negosiasi dalam peran sosial mereka (pekerja, orang tua, pensiunan, dan lain-lain), membantu mereka mendapatkan pemuasan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi mereka dan membantu mereka dalam memecahkan masalah pribadi dan masyarakat mereka.

3.      Kurikulum
A.    Pengertian Kurikulum
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk myata. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi dokumen serta evaluai dokumen yang telah disusun.
B.     Peran dan Fungsi Kurikulum
Sebagai salah satu komponen suatu sistem pendidikan, paling tidak kurikulum mempunyai peran, yaitu : 
.      peran konservatif yaitu melestrikan berbagai nilai budaya senagai warisan masa lalu
.      peran kreatif yaitu mengembangkan setiap potensi yang dimiliki siswa
.      peran kritis dan evaluatif yaitu menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang di anggap
                bermanfaat untuk kehidupan anak didik
Berkaitan dengan kurikulum, Alexander Inglis (1990)  mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa:
     fungsi penyesuaian
      .      fungsi integrasi
      .      fungsi difersiasi
      .      fungsi persiapan
      .      fungsi pemilihan
      .      fungsi diasnogtik
C.     Hakikat Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di Sekolah. Seller dan Miller (1985) mengatakan dahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukuan secara terus-menerus. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kuriulum, yaitu rentangan kegiatan dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dngan visi dan misi sekolah.
D.    Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
      Prinsip-prinsipnya yaitu :
             1)      prinsip relevansi
             2)      prinsip fleksibilitas
             3)      prinsip kontinuitas
             4)      efektifitas
             5)      efisiensi
E.     Rasional Mengapa Kurikulum Pendidikan Harus Ada
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting bagi berlangsungnya pendidikan. Kurikulum memuat komponen-komponen seperti tujuan, isi, struktur program, organisasi dan proses belajar mengajar. Oleh karenanya kurikulum pendidikan harus ada.
Pendidikan sebagai sebuah proses tentunya memiliki tujuan, seperti dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, beraklah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Nah, untuk dapat mewujudkan tersebut perlu disusun kurikulum sebagai pedoman untuk mencapai tujuan baik di tingkat pra sekolah, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Tanpa adanya kurikulum maka pendidikan akan morat-marit, tidak tahu kemana arah tujuan yang akan dicapai. Akan tetapi dengan adanya kurikulum akan mempermudah untuk melaksanakan dan mengimplemantasikan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum akan sangat bermanfaat bagi kepala sekolah untuk dapat mengembangkan sekolah, kemuadia guru untuk memperlancar kagiatan belajar mengajar di kelas, penulis buku ajar dalam menyusun buku sehingga sesuai dengan kurikulum serta masyarakat sebagai pengguna output dari kurikulum.

4.      PBM (Proses Belajar Mengajar)
A.    Pengertian PBM
Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang di kelompokan ke dalam 4 ha, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi, interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku ( Joyce & Weil, Models of Teaching, 1980 ).
Proses Belajar Mangajar adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh dan manusia tumbuh melalui belajar. Kegiatan belajar-mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar.
B.     Tujuh unsur utama dalam proses belajar adalah : 
.    Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.
    .   Kesiapan yang dibutuhkan dalam belajar termasuk kesiapan fisik dan psikis, kesiapan untuk       melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
   .      Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar itu terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari.
  .      Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
  .      Respons. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba, atau usaha yang penuh dengan perhitungan.
  .      Konsekuensi. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa puas, senang dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melaksanakan usaha-usaha belajar berikutnya.
 .      Reaksi terhadap kegagalan. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan dapat membangkitkan semangat yang berlipat ganda.

5.      Pengajaran
A.    Pengertian pengajaran
Pengajaran sangat identik dengan pendidikan.Pengajaran adalah suatu proses aktivitas belajar mengajar,di dalamnya terdapat dua subjek yang saling terli,batyaitu guru dan pesertadidik.
Mengajar juga berarti suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
 a)      Teori-teori Belajar
         Banyak teori belajar menurut literature psikologi,Tiap teori mempunyai dasar tertentu.
          Ada 3(tiga) teori belajar menurut pandangan psikologi,yaitu:
·         Teori Disiplin Mental
Tokoh teori disiplin mental adala Plato dan Aristoteles.Teori disiplin mental ini menganggap bahwa dalam belajar,mental siswa harus di disiplinkan atau dilatih.
Contohnya: dalam mengajar siswa membaca,guru perlu melatih otot-otot mental siswa dengan cara disuruh menyebutkan kata-kata atau huruf dengan suara yang lantang. Kemudian memberikan daftar kata-kata dengan menggunakan kart-kartu.
·         Teori Behaviorisme
Teori ini bersifat molekuler,karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsure-unsur seperti halnya molekul-molekul. Beberapa ciri dari teori ini,yaitu:
a)      Mengutamakan unsure-unsur atau bagian bagian kecil.
b)      Bersifat mekanistis
c)      Menekankan perasaan lingkungan.
d)     Menekankan pentingnya latihan.
·         Teori Cognitive Gestalt-Field
Teori ini lahir di Jerman tahun 1912,yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer(1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Ciri-ciri teori ini adalah:
a)      Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
b)      Mementingkan peranan kognitif.
c)      Mementingkan keseimbangan dalam diri manusia.
d)     Mengutamakan insight.
B.     Prinsip-prinsip Pengajaran
Pengertian proses pengajaran adalah guru dan peserta didik sama-sama aktif, karena keduanya sebagai subjek pengajaran.
Ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relative berlaku umum, diantaranya adalah:
            1)      Prinsip Aktivitas
            2)      Prinsip Motivasi
            3)      Prinsip individualitas
            4)      Prinsip Lingkungan
            5)      Prinsip Konsentrasi
            6)      Prinsip kebebasan
            7)      Prinsip Peragaan
            8)      Prinsip kerjasama dan persaingan
            9)      Prinsip Apresiasi
           10)    Prinsip Kolerasi
           11)    Prinip Efektifitas dan efisiensi
           12)   Prinsip globalitas
           13)   Prinsip Permainan dan hiburan


Mata Kuliah : Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono







Tidak ada komentar:

Posting Komentar