ILMU PENDIDIKAN PRAKTIS
1.
Paedagogi
A. Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak.
Pedagogik sebagai ilmu sangat di butuhkan oleh guru khususnya guru taman
kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak
yang belum dewasa. Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau
mentransformasikan pengetahuan kepada para anak di sekolah, melainkan guru
mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu.
Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan hati nurani atau kata hati
anak, sehingga ia (anak) akan sensitif terhadap masalah-masalah kemanusiaan,
harkat derajat manusia, dan menghargai ssesama manusia. Begitu juga guru harus
mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup di masyarakat sehingga ia
mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.
B. Mendidik, Mengajar dan Melatih
Menurut
Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik adalah memberikan
pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi dibutuhkan pada masa
dewasa.
Menurut Usman
(1994), mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang
menimbulkan terjadinya proses belajar.
Menurut
Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk
membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam
usahannya mencapai tujuan tertentu.
Tujuan
dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian
yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai
kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek
anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir
seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu
berpikir abstrak logis, obyektif,
kritis, sistematis analisis, sintesis, integrative, dan inovatif. Tujuan
latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan
adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah
kehidupan sehari-hari dan dapat pula mebantu proses belajar, seperti kemampuan
berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan
maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut
pembangunan seluruh kepribadian seseorang.
C. Pentingnya Pendidikan
1.
Manusia
Memerlukan Bantuan
Tanpa usaha
belajar dari pihak generasi muda dan usaha pendidikan dari pihak generasi
dewasa, manusia tak dapat mempertahankan dan mengembnagkan kehidupannya,
sehingga dapat mencapai tingkat yang lebih bermutu dan lebih mulia. Pendidikan
berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu,
maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Pendidikan Dalam Praktik
Antara individu yang satu dengan yang
lain ada hubungan pengaruh mempengaruhi. Kita menemukan pada setiap manusia
gejala suka meniru (imitasi) perbuatan manusia lain. Dalam observasi mengenai
pergaulan antara manusia kita temukan ada gejala seperasaan; jika anak sakit
ibu merasakan juga keadaan anak yang sakit, pada ibu timbul rasa kasih saying.
Gejala yang berhubungan dengan perasaan individu yang satu dengan individu
lain, disebut oleh Maks Scheler simpati, yang secara etimologis terdiri atas
dua kata, yaitu “sing” sama atau “ bersama”, “pati” (dari yunani “pathos” yang berarti perasaan, penderitaan).
Proses identifikasi adalah semacam keinginan meniru segala tingkah laku orang
tuanya, dan sering sekali berlangsung secara tidak sadar.
2.
Andragogi
A. Pengertian Andragogi
Andragogi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan
agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau
"Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata
andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk
menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun
demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy"
yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan
Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan
(remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih
merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat
secara berkelanjutan. Apa itu pendidikan orang dewasa dan bagaimana dia berbeda
dalam teori dan praktek dari persiapan pendidikan anak-anak dan pemuda.
Pendidikan orang dewasa didefinisikan, digambarkan serta dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan profesi
pelayanan manusia yang
lain.
B. Pendidikan
dan Sekolah
Sejauh ini
pendidikan berperan dalam meyiapkan beberapa fungsi stereotip tertentu, situasi
stabil, untuk keeksistensian, untuk perdagangan atau pekerjaan tertentu. Secara
garis besar penddidikan dipandang sebagai usaha secara langsung, sistematis,
dan mendukung untuk mentransfer, membangkitkan, atau mendapatkan pengetahuan,
maka tingkah laku, nilai-nilai, keterampilan, dan hasil yang lainnya dari usaha
tersebut,* karenanya jelaslah bahwa pendidikan orang dewasa dan anak-anak
seperti yang terdapat sekarang ini dan di masa serta tempat manapun serta
melalui banyak aktivitas.
Pendidikan orang
dewasa tidak berkaitan dengan hal mempersiapkan orang dalam menjalani
kehidupannya tetapi lebih membantu orang dewasa agar mereka sukses dalam
menjalani kehidupannya, meningkatkan kompetensi mereka atau transisi negosiasi
dalam peran sosial mereka (pekerja, orang tua, pensiunan, dan lain-lain),
membantu mereka mendapatkan pemuasan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi
mereka dan membantu mereka dalam memecahkan masalah pribadi dan masyarakat
mereka.
3.
Kurikulum
A. Pengertian
Kurikulum
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan
yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman
belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan,
evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan,
serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk myata. Dengan
demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi
dokumen serta evaluai dokumen yang telah disusun.
B. Peran dan Fungsi Kurikulum
Sebagai salah satu komponen suatu
sistem pendidikan, paling tidak kurikulum mempunyai peran, yaitu :
.
peran
konservatif yaitu melestrikan berbagai nilai budaya senagai warisan masa lalu
.
peran
kreatif yaitu mengembangkan setiap potensi yang dimiliki siswa
. peran
kritis dan evaluatif yaitu menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang di
anggap
bermanfaat untuk kehidupan anak didik
Berkaitan dengan kurikulum, Alexander
Inglis (1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa:
fungsi
penyesuaian
.
fungsi
integrasi
.
fungsi
difersiasi
.
fungsi
persiapan
.
fungsi
pemilihan
.
fungsi
diasnogtik
C. Hakikat Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang
sengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman
dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di Sekolah. Seller dan
Miller (1985) mengatakan dahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukuan secara terus-menerus. Ada dua hal yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kuriulum, yaitu rentangan
kegiatan dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dngan visi dan misi sekolah.
D. Prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum
Prinsip-prinsipnya
yaitu :
1)
prinsip
relevansi
2)
prinsip
fleksibilitas
3)
prinsip
kontinuitas
4)
efektifitas
5)
efisiensi
E. Rasional
Mengapa Kurikulum Pendidikan Harus Ada
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting bagi
berlangsungnya pendidikan. Kurikulum memuat komponen-komponen seperti tujuan,
isi, struktur program, organisasi dan proses belajar mengajar. Oleh karenanya
kurikulum pendidikan harus ada.
Pendidikan sebagai sebuah proses tentunya memiliki tujuan,
seperti dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan di
Indonesia adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, beraklah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Nah, untuk dapat mewujudkan tersebut perlu disusun kurikulum sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan baik di tingkat pra sekolah, SD, SMP, SMA dan perguruan
tinggi.
Tanpa adanya kurikulum maka pendidikan akan morat-marit,
tidak tahu kemana arah tujuan yang akan dicapai. Akan tetapi dengan adanya
kurikulum akan mempermudah untuk melaksanakan dan mengimplemantasikan kurikulum
dalam kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum akan sangat bermanfaat bagi kepala sekolah untuk dapat mengembangkan sekolah, kemuadia guru untuk memperlancar kagiatan belajar mengajar di kelas, penulis buku ajar dalam menyusun buku sehingga sesuai dengan kurikulum serta masyarakat sebagai pengguna output dari kurikulum.
Kurikulum akan sangat bermanfaat bagi kepala sekolah untuk dapat mengembangkan sekolah, kemuadia guru untuk memperlancar kagiatan belajar mengajar di kelas, penulis buku ajar dalam menyusun buku sehingga sesuai dengan kurikulum serta masyarakat sebagai pengguna output dari kurikulum.
4.
PBM
(Proses Belajar Mengajar)
A. Pengertian PBM
Proses belajar megajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep.
Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai
model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang di
kelompokan ke dalam 4 ha, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi,
interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku ( Joyce & Weil, Models of
Teaching, 1980 ).
Proses Belajar Mangajar adalah merupakan suatu rangkaian
kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi
yang utuh dan manusia tumbuh melalui belajar. Kegiatan belajar-mengajar
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan
belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar.
B. Tujuh unsur utama dalam proses
belajar adalah :
. Tujuan.
Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Sesuatu
perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan
berarti bagi individu.
. Kesiapan
yang dibutuhkan dalam belajar termasuk kesiapan fisik dan psikis, kesiapan
untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan
yang mendasarinya.
.
Kegiatan
belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar itu
terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari.
.
Interpretasi.
Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat
hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari
hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
.
Respons.
Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak
mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons
ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba, atau usaha yang penuh dengan
perhitungan.
.
Konsekuensi.
Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa puas, senang dan akan
lebih meningkatkan semangatnya untuk melaksanakan usaha-usaha belajar
berikutnya.
.
Reaksi
terhadap kegagalan. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam.
Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar
selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan dapat membangkitkan
semangat yang berlipat ganda.
5.
Pengajaran
A. Pengertian pengajaran
Pengajaran sangat identik dengan pendidikan.Pengajaran adalah suatu
proses aktivitas belajar mengajar,di dalamnya terdapat dua subjek yang saling
terli,batyaitu guru dan pesertadidik.
Mengajar juga berarti suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan
sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
a)
Teori-teori
Belajar
Banyak teori belajar menurut literature
psikologi,Tiap teori mempunyai dasar tertentu.
Ada 3(tiga) teori belajar menurut pandangan
psikologi,yaitu:
·
Teori
Disiplin Mental
Tokoh teori disiplin mental adala Plato dan Aristoteles.Teori
disiplin mental ini menganggap bahwa dalam belajar,mental siswa harus di
disiplinkan atau dilatih.
Contohnya: dalam mengajar siswa membaca,guru perlu melatih
otot-otot mental siswa dengan cara disuruh menyebutkan kata-kata atau huruf
dengan suara yang lantang. Kemudian memberikan daftar kata-kata dengan
menggunakan kart-kartu.
·
Teori
Behaviorisme
Teori ini bersifat molekuler,karena memandang kehidupan individu
terdiri atas unsure-unsur seperti halnya molekul-molekul. Beberapa ciri dari
teori ini,yaitu:
a)
Mengutamakan
unsure-unsur atau bagian bagian kecil.
b)
Bersifat
mekanistis
c)
Menekankan
perasaan lingkungan.
d)
Menekankan
pentingnya latihan.
·
Teori
Cognitive Gestalt-Field
Teori ini lahir di Jerman tahun 1912,yang dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer(1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan
dan problem solving. Ciri-ciri teori ini adalah:
a)
Mementingkan
apa yang ada dalam diri manusia.
b)
Mementingkan
peranan kognitif.
c)
Mementingkan
keseimbangan dalam diri manusia.
d)
Mengutamakan
insight.
B.
Prinsip-prinsip
Pengajaran
Pengertian proses pengajaran adalah guru dan peserta didik sama-sama
aktif, karena keduanya sebagai subjek pengajaran.
Ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relative berlaku umum, diantaranya
adalah:
1) Prinsip Aktivitas
2) Prinsip Motivasi
3) Prinsip individualitas
4) Prinsip Lingkungan
5) Prinsip Konsentrasi
6) Prinsip kebebasan
7) Prinsip Peragaan
8) Prinsip kerjasama dan persaingan
9) Prinsip Apresiasi
10) Prinsip Kolerasi
11) Prinip Efektifitas dan efisiensi
12) Prinsip globalitas
13) Prinsip Permainan dan hiburan
Dosen : Dirgantara Wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar